Selasa, 29 Desember 2009

elegiku

SEHAT DAN SAKITNYA BAHASA

Manusia itu makhluk yang unik dan keunikannya ini terletak pada kemampuannya berbahasa. Manusia sebagai makhluk yang berpikir jika tanpa mempunyai kemampuan berbahasa maka kegiatan berpikirnya tidak mungkin dapat dilakukan secara sistematis dan teratur. Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tidak mungkin mampu mengembangkan kebudayaannya.

Bahasa membuat manusia berpikir secara abstrak dimana obyek-obyek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Transformasi obyek faktual menjadi simbol abstrak yang diwujudkan lewat perbendaharaan kata-kata ini dirangkaian oleh tata bahasa untuk mengemukakan suatu jalan pemikiran atau ekspresi perasaan. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap. Lebih lanjut lagi Kneller menyatakan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif, dan afektif.

Ada beberapa tokoh yang berpendapat tentang apa sebenarnya bahasa itu. Platonist berpendapat bahwa bahasa itu sepenuhnya merupakan abstraksi formal. Katz dan Soames (Platonist) memandang bahasa itu mempunyai makna dan struktur yang bebas dari pembicaranya. Menurut Chomsky bahasa adalah batin si pembicara yang terdiri atas makna dan struktur uang diekspresikan. Para behaviorist memandang bahasa sebagai representasi dari terapan aturan bahasa ke dalam kemampuan praktis dalam behavior. Menurut Dumet bahasa adalah phenomena social dimana bahasa sebagai upaya sistematisasi fakta-fakta yang luas sekali cakupannya.

Hakikat sebenarnya bahasa bisa dilihat sisi sebagai berikut: Pertama-tama bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini kia mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi yang paling utama. Komunikasi dengan mempergunakan bunyi ini dikatakan juga sebagai komunikasi verbal.

Kedua, bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Manusia mengumpulkan lambang-lambang ini dan menyusunnya sebagai perbendaharaan kata-kata yang merupakan akumulasi dari pengalaman dan pemikiran mereka. Perkataan “internet” atau “ teknologi” belum ada pada perbendaharaan kata-kata nenek moyang kita, sebab pemikiran mereka waktu itu belum mencapai ke arah sana. Demikian juga perkataan” lebay” dan “narcis” perkataan ini muncul untuk melambangkan sikap seseorang yang terlalu berlebihan atau over akting.

Inilah yang menyebabkan bahasa terus berkembang yakni karena disebabkan pengalaman dan pemikiran manusia yang juga berkembang. Bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut; para pendidik, ilmuwan, ahli politik, remaja dan bahkan pencuri. Setiap profesi mengembangkan bahasa yang khas untuk kelompoknya. Biasanya yang paling menonjol adalah para remaja yang memperkaya perbendaharaan bahasa dengan semangat mereka yang kreatif.

Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Bukan itu saja dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Msalnya lewat seni suara kita dapat mengekspesikan perasaan, kedukaan, dan kecintaan lewat nada kata-kata. Atau bias saja mengekspresikan perasaannya dan buah pemikirannya dengan menulis puisi, cerpen, novel atau menulis elegi.

Sebaiknya seseorang dalam berbahasa haruslah berbahasa dengan jelas artinya ialah bahwa makna yang terkandung dalam kata-kata yang dipergunakan diungkapkan secara tersurat untuk mencegah pemberian makna yang lain. Atau berbahasa dengan jelas bisa berarti juga mengemukakan pendapat atau jalan pemikiran secara jelas. Dan inilah yang memungkinkan munculnya istilah sehat dan sakitnya bahasa. Sehatnya bahasa ketika orang lain bisa memahami makna bahasa yang kita pergunakan dan sakitnya bahasa ketika orang lain tidak mampu memahami makna bahasa yang kita pergunakan. Atau bisa jadi karena kekurangan dan ketidakmampuan kita dalam memahami makna bahasa sehingga muncullah istilah sehat dan sakitnya bahasa. Hanya diri kita masing-masing yang mampu menjawabnya.

MATEMATIKA MENGANYAM DUNIA

Bidang pengetahuan ketiga setelah filsafat dan ilmu yang berkembang sejak zaman Yunani Kuno ialah matematika. Oleh karena tergolong rumpun pengetahuan teoritis yang sama maka matematika mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kedua bidang pengetahuan yang terdahulu. Dalam peradaban Yunani matematika mendapatkan momentum baru yaitu diperhatikannya aspek estetik dari matematika. Dapat dikatakan bahwa peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan definisi tertentu. Euclid pada 300 s.M mengumpulkan semua pengetahuan ilmu ukur dalam bukunya Elements dengan penyajian secara sistematis dari berbagai postulat, definisi dan teorema. Kaum cendekiawan Yunani yang kaya, mempunyai budak belian yang mengerjakan pekerjaan yang kasar termasuk hal-hal yang praktis seperti melakukan pengukuran. Sehingga kaum cendekiawan ini dapat memusatkan perhatiannya pada aspek estetik dari matematika yang merupakan simbol status dari golongan atas waktu itu.

Sejak permulaan hingga dewasa ini filsafat dan matematika terus menerus saling mempengaruhi. Filsafat mendorong perkembangan matematika dan sebaliknya matematika juga memacu perkembangn filsafat. Perbincangan-perbincangan paradox yang dikemukakan filsuf Zeno misalnya telah mendorong lahirnya konsep-konsep matematika seperti variable sangat kecil yang makin kecil mendekati nol(infinitesimal), limit, seri tak hingga( infinite series), dan proses konvergensi. Sebaliknya, ahli-ahli matematika dengan metode aljabar, teknik simbolisme, dan teori himpunan telah membuat logika yang semula termasuk bidang filsafat berkembang pesat serta memperjelas pengertian-pengertian seperti kebenaran, denotasi, konotasi, dan bentuk yang digeluti oleh para filsuf. Selanjutnya matematika merupakan sumber penting yang tak kering-kering sejak zama kuno sampai abad modern bagi pemikiran filsafati karena memberikan berbagai persoalan untuk direnungkan. Seorang ilmuwan astronomi terkenal yang berbicara tentang kaitan matematika dengan filsafat ialah Galileo yang mengemukakan bahwa alam ditulis dalam bahasa matematika.

Dari zaman modern hingga abad XX ini filsafat dan matematika berkembang terus melalui pemikiran tokoh-tokoh yang sekaligus seorang filsuf dan juga ahli matematika seperti misalnya Decartes, Gottfried Wilhelm von Leibnizt, Auguste Comte, Henri Poincare, Whitehead dan Betrand Russell. Leibnitz mengembangkan kalkulus dan kini diakui pula sebagai salah seorang pelopor logika simbolik.Whitehead dan Russell menulis suatu karya raksasa mengenai logika sebagai dasar matematika( Bukunya berjudul Principia Mathematica). Kaitan erat antara matematika dengan ilmu-ilmu modern kiranya tidak perlu dipersoalkan lagi. Pada abad XVII matematika menjadi perintis dan bagian yang terpenting dari ilmu alam. Newton membongkar rahasia alam dengan mempergunakan matematika dengan karyanya yang diberi judul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica(Asas-asas Matematik dari Filsafat Alam). Pada dewasa ini banyak ahli matematika dan imuwan alam menyatakan bahwa matematika adalah bahasa dari ilmu(the language of science).

Matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Manusia makhluk yang berhitung yan hidup dalam jaringan angka-angka: takaran resep makanan, jadwal pesawat terbang, angka pengangguran, uang lembur, temperatus klinis, curah hujan, cerah matahari, suku bunga bank, biaya naik taxi, tingkat kematian dan lain-lain. Inilah matematika yang mampu menganyam dunia.

Daftar Pustaka:

Hamersma,H.1983.Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern.Jakarta:Gramedia.

The Liang Gie.2007. Pengantar Filsafat Ilmu.Yogyakarta:Liberty.

Muhadjir,Noeng.2001.Filsafat Ilmu.Yogyakarta:Rakesarasin.

Suriasumantri,J.2003.Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

PEMBERONTAKAN PARA NORMATIF

Aspek normatif mengungkapkan seperangkat nilai yang membimbing dan menjadi kriteria pencapaian tujuan.

Manusia dalam kehidupannya selalu berkaitan dengan nilai. Manusia senantiasa dinilai dan menilai. Cabang filsafat yang membicarakan nilai disebut dengan aksiologi ( filsafat nilai ). Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Nilai mengandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan dan keharusan. Nilai berkaitan dengan bidang normatif atau berada dalam dalam tatanan dunia ideal bukan dunia yang real. Meskipun demikian diantara keduanya saling berhubungan atau berkaitan dengan erat. Yang ideal harus menjadi real dan yang normative harus direalisaskan dalam perbuatan sehari-hari yang merupakan fakta. Nilai bagi manusia dipakai dan diperlukan untuk menjadi landasan alasan, motivasi dalam segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya.

Normatif dengan semua pilar-pilar nilai yang melekat pada dirinya dan menjadi ciri khusus dari setiap normatif yang tercipta di dalam kehidupan manusia. Setiap normatif ini sungguh mempunyai peranan yang sangat penting dalam menata kehidupan manusia. Peranan dari setiap normatif berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam kehidupannya manusia benar-benar sesuai dan terciptalah keselarasan kehidupan bermasyarakat.

Ketika ada orang dengan sadar dan sengaja melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan normatif yang ada maka sudah barang tentu orang tersebut akan mendapatkan sanksi. Dan sanksinya ini sesuai dengan peranan normatif itu sendiri yaitu saling berkaitan erat. Sehingga secara otomatis setiap normatif akan memberikan sanksinya masing-masing. Oleh karena itu, haruskah para normatif melakukan pemberontakan ketika ada orang yang melanggarnya? Haruskah para normatif melakukan pemberontakan ketika oran yang melanggarnya itu mendapatkan sanksi dari semua normatif yang ada? Kita semua hanya bisa berharap para normatif masih berbesar hati dan berlapang dada memaafkan perbuatan-perbuatan kita yang kadang-kadang jauh menyimpang dari harapan para normatif.

Daftar Pustaka

Rukiyati,dkk.2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.

BENAR ATAU SALAH, YANG TERTINGGI ATAU YANG TERENDAH

Dalam kehidupan kita yang secara nyata, sadar, dirasakan dan diketahui oleh semua orang. Adalah satu kata Benar yang berarti suatu ungkapan dengan batasan nilai baik, karena suatu hal atau perbuatan yang menimbulkan kontradiksi dari suatu batasan kekeliruan atau ketidakselaran yaitu Salah. Salah merupakan ungkapan dan penilaian yang ditujukan karena ketidaktepatan suatu hal atau perbuatan yang tidak sesuai dengan kriteria, ukuran dan kaidah yang semestinya dilakukan. Bila Benar, maka tanpa sanksi yang membuat orang tertekan perasaan, hilang harga diri dan jatuh mental. Bila Benar, maka membuat suatu hal atau perbuatan terpercaya dan dipercayai sehingga karena kebenarannya sesuatu hal atau perbuatan itu di Tinggikan. Mampukah kita untuk selalu melakukan perbuatan yang Benar? Sehingga kita selalu diTinggikan. Adakah dari kita yang selalu Benar dan diTinggikan? Bila suatu ketika Salah yang muncul maka sangat susah dengan segera melepas ketidakpercayaan yang membelenggu hati. Yang Salah dan membuat Salah akan selalu diRendahkan. Yang Benar dan yang Tertinggi adalah Allah Yang Maha Kuasa. Yang Salah dan yang Terendah adalah iblis dan setan. Bila dari yang ada dalam diri kita yag sebenarnya benar dan yang tinggi adalah hati nurani, hati nurani yang tidak mampu berdusta, ingkar dan berkhianat. Tetapi seringkali tertutupi oleh Salah dan Rendah yaitu dosa oleh karena berdusta, ingkar dan kemunafikan.

BATAS TANPA BATAS

YA ALLAH…. Ijinkan kami menyebut Nama-Mu Yang Agung. Hanya Engkaulah ALLAH YANG MAHA BESAR DAN KUASA. Yang menguasai kami dan dunia dengan segala isinya. Karena memang Engkaulah Penciptanya. Kekuasaan dan Kebesaran-Mu YA ALLAH sungguh tanpa batas. YA ALLAH YANG MAHA AGUNG, telah Engkau tetapkan atas kami Ketetapan-Mu. Dan Engkau beri kami petunjuk untuk menjalankan Ketetapan-MU. Engkau selalu limpahkan Hidayah dan Taufiq-Mu untuk semakin membimbing dan menyinari langkah kami. Engkau karuniakan Rahmat dan Nikmat-Mu untuk kelangsungan kehidupan kami. Begitu banyak Rahmat, Nikmat, Rezeqi yang Engkau karuniakan pada kami. Tanpa itu semua kami tak bisa apa-apa. Tapi seringkali dalam kehidupan ini tak sedikit dari kami yang lupa bahwa yang mempunyai Kuasa hanya Engkau. Kami dengan sombongnya berkuasa atas hamba Engkau yang lain. Kami menganggap kekuasaan kami tanpa batas. Kami berkuasa tanpa memikirkan bahwa kekuasaan kami mempunyai batas. Dengan limpahan Nikmat-Mu pula kami semena-mena dalam memanfaatkannya, kami tidak sadar bahwa semuanya ini juga mempunyai batas. Kami tersesat karena batas tanpa batasnya berada di tangan Kekuasaan-Mu YA ALLAH. Tapi sungguh Engkau memang YANG MAHA PEMBERI PETUNJUK DAN MAHA PENGAMPUN dengan Hidayah-Mu, Engkau sadarkan kami, Engkau ampuni kesalahan-kesalahan kami. Alhamdulillah Puji Syukur Kehadirat-Mu YA ALLAH YANG MAHA AGUNG. Dan ijinkan kami memohon: YA ALLAH YANG MAHA BESAR…Senantiasa karunikan Energi-Mu pada kami. Jangan lepas Jemari Cinta-Mu yang telah Engkau pertautkan dengan ujung jemari kami. Jangan Engkau lepas Genggaman Erat Tangan-Mu yang kini kami yakini setiap detik terus menuntun kami. YA ALLAH YANG MAHA AGUNG kabulkan permohonan kami. Amin..Amin..Amin Ya Rabbal Alamin.

RENE DESCARTES

RENE DESCARTES

Olh: Ika Puspita PMB NIM 09709251014

Rene Descartes lahir di La Haye Touraine Perancis pada tanggal 31 Maret 1596 dari sebuah keluarga borjuis. Ayahnya adalah seorang pengacara yang aktif berpolitik sementara ibunya telah meninggal pada saat usia Descartes masih 1 tahun. Descartes dimasukkan ke sekolah La Fleche pada usia 8 tahun, di sana ia belajar ilmu-ilmu alam dan filsafat skolastik lalu kemudian pada tahun 1613 melanjutkan studi-nya di Universias Poiter, bukan memperdalam filsafat melainkan belajar ilmu hukum. Dua tahun kemudian atau tepatnya tahun 1615 Descartes pergi ke Paris untuk belajar matematika dan setelah itu pada tahun 1617 ia di kirim ke Jerman untuk dinas militer di bawah pimpinan Pangeran Bavaria. Dalam karir militernya Descartes tidak terlalu menonjol, ia lebih banyak memanfaatkan filsafat militer kepada buku besar alam dan melancong ke berbagai negara besar ketimbang terlibat pertempuran dalam peperangan.

Sementara melancong, Descartes tetap membaca dan menulis pikiran-pikirannya sehingga ia bisa berkenalan dengan tokoh-tokoh pemikir lainnya. Di dalam kematangan berpiirnya, Descartes tidak sepi dari orang-orang yang mengecam pemikirannya, bahkan kecaman yang tekera dating dari almamaternya sendiri, yaitu para Yesuit yang pernah mengasuhnya di sekolah La Fleche. Ajarannya dianggap sesat karena telah menyimpang jauh dari ajaran agama katolik.

Dalam Discourse de la Methode, Descartes menceritakan bagaimana semenjak anak-anak ia mengagumi cirri-ciri ilmu pasti. Ia ingin sekali memperbaharui segala bidang pengetahuan manusia berdasarkan contoh ilmu-ilmu itu khususnya dengan menggunakan cara kerja ilmu pasti yaitu apriori dan deduktif. Pada usia 22 tahun, Descartes berhasil mengembangkan geometri analitik. Pemahamannya itu ia rumuskan dalam sebuah kamar yang memiliki tungku di tepi sungai Donau. Ia mengajukan prinsip deduktif, yaitu merumuskan sesuatu dari sebuah aksioma yang paling sederhana kemudian dikembangkan terus hingga diperoleh pemahaman yang rigid. Dalam ilmu matematika Descartes juga terkenal karena koordinat Cartesius. Menurut Descartes koordinat ini memperlihatkan bahwa dengan sepasang garis lurus yang berpotongan sebagai garis-garis pengukur,suatu jaringan garis petunjuk dapat disusun, tempat bilangan-bilangan dapat ditarik sebagai titik. Penerapan dari konsep yang diungkapkan oleh Descartes ini dapat dilihat dalam entuk grafik,dengan sumbu x dan sumbu y.

Descartes juga tokoh ilmu Faal. Sebagai ahli ilmu Faal ia banyak mempelajari tentang susunan saraf dan reflex-refleks. Selain itu Descartes juga banyak membahas tentang kejiwaan. Mengenai tingkah laku manusia, Rene Descartes membaginya atas:

1. Tingkah laku rasionil. Ini erat berhubungan dengan jiwa yang disebutnya sebagai Unextended Substance. Karena dikuasai oleh jiwa, seseorang dapat merencanakan atau meninjau kembali sesuatu tingkah laku.

2. Tingkah laku mekanis. Ini berhubungan erat dengan badan yang disebutnya sebagai Extended Substance. Karena erat hubungannya dengan badan, maka terjadi gerakan otomatis seperti refleks-refleks.

Melalui uraiannya mengenai Interaksionisme, Rene Descartes berusaha mencari hubungan antara jiwa dan badan. Diketahui olehnya bahwa kelenjar-kelenjar endokrin(kelenjar buntu) dalam tubuh pada umumnya berpasangan. Tetapi ada satu kelenjar yaitu kelenjar Pinealis yang terletak pada dasar otak yang merupakan kelenjar tunggal. Karena itu ia menyangka bahwa kelenjar Pinealis inilah yang merupakan penghubung antara aspek kejiwaan dan ketubuhan. Rangsang-rangsang ketubuhan diteruskan melalui kelenjar ini ke aspek kejiwaan dan demikian pula sebaliknya. Dalam interaksionisme ini berbeda dengan pandangan Psychophysical parallelism yang dipelopori oleh Gottfried Wilhelm Leibnitz yang beranggapan bahwa badan dan jiwa masing-masing berjalan sendiri-sendiri tetapi keduanya tunduk pada hukum-hukum yang serupa.

Rene Descartes juga terkenal sebagai tokoh filsafat Rasionalisme. Pemikirannya ini bersumber dari pemikiran Filsuf besar Islam Imam Al-Ghazali, karena beberapa waktu setelah Al-Ghazali meninggal karya beliau diterjemahkan ke bahasa latin oleh intelektual Eropa. Di benua ini Al-Ghazali dikenal namanya sebagai Algazel. Ternyata filsuf Perancis Rene Descartes juga mempelajari karya Al-Ghazali. Buktinya, seorang professor Tunisia pernah membaca terjemahan latin karya Al-Ghazali di perpustakaan nasional Perancis dan menemukan tulisan tangan Descartes di buku itu. Descarter menulis:” Pindahkan ini ke metode kita” pada buku Al-Ghazali tersebut. Namun, filsafat Descartes tetap berbeda dengan Al-Ghazali. Descartes tidak memasukkan sufisme dalam filsafatnya, tetapi aspek rasional dari pemikiran Al-Ghazali yang ia utamakan.

Filsafat rasionalisme berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit.. Materi bukan muncul dari ruh dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerjasama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.

Rene Descartes menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran( ruhani ) dan dunia ruang( kebendaan ). Ini tercantum dalam bukunya Discours de la methode (1637) dan Meditations de Prime Philosophia(1641). Dalam bukunya ini pula ia menuangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito Descartes(metode keraguan Descartes/ Cartesian doubt).

Satu hal yang membuat Descartes sangat terkenal adalah bagaimana ia menciptakan satu metode yang betul-betul baru di dalam berfilsafat yang kemudian ia beri nama metode keraguan atau dalam bahasa aslinya dikatakan sebagai Le Doubte Methodique. Berdasarkan metode ini, berfilsafat menurut Descartes adalah membuat pertanyaan metafisis untuk kemudian menemukan jawabannya dengan sebuah ilmu dunia yang pasti, sebagaimana pastinya jawaban di dalam matematika.

Untuk menentukan titik kepastian tersebut Descartes memulainya dengan meragukan semua persoalan yang telah diketahuinya. Misalnya ia mulai meragukan apakah asas-asas metafisik dan matematika yang diketahuinya selama ini bukan hanya ilusi belaka. Jangan-jangan apa yang diketahuinya selama ini hanyalah tipuan dari khayalan belaka, jika demikian adanya maka apakah yang bisa menjadi pegangan untuk menentukan titik kepastian?. Mula-mula ia mencoba meragukan semua yang dapat yang dapat diindera, obyek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Ia meragukan badannya sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan juga pada pengalaman dengan ruh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas.

Pada empat keadaan sseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Di dalam mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi persis seperti tidak mimpi(jaga), begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan kenyataan gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Akibatnya ia menyatakan bahwa ada satu yang tidak dapat diragukan, yaitu saya sedang ragu. Boleh saja badan saya ini saya ragukan adanya, hanya bayangan, misalnya atau hanya seperti dalam mimpi, tetapi mengenai saya sedang ragu-ragu benar-benar tidak dapat diragukan adanya.

Menurut Descartes, setidak-tidaknya aku yang meragukan semua persoalan tersebut bukanlah hasil tipuan melainkan sebuah kepastian. Semakin dapat meragukan segala sesuatu maka semakin pastilah yang diragukan itu adalah ada dan bahkan semakin mengada(exist). Dengan demikian tidak bisa dipungkiri lagi bahwa keraguan justru akan membuktikan keberadaan semakin nyata dan pasti. Semakin ragu maka akan semakin merasa pasti bahwa keraguan itu adalah ada, karena keraguan itu adanya pada diri maka sudah tentu diri sebagai tempat bercantolnya rasa ragu itu pasti sudah ada terlebih dahulu.

Meragukan sesuatu adalah berpikir tentang sesuatu dengan demikian bisa dikatakan kepastian akan eksistensi diri bisa dicapai dengan berpikir. Descartes kemudian mengatakan Cogito ergo sum atau dalam bahasa aslinya dikatakan” je pense douc jesius” yang artinya adalah aku berpikir maka aku ada. Dengan metode keraguan ini, Descartes ingin mengokokohkan kepastian akan kebenaran, yaitu”cogito” atau kesadaran diri. Cogito adalah sebuah kebenaran dan kepastian yang sudah tidak tergoyahkan lagi karena dipahami sebagai hal/ide yang sudah jelas dan terpilah-pilah(idée Claire et distincte, idea clara et distincte). Ide yang jelas dan terpilah-pilah itu ada tiga macam, yakni kesadaranku(res cogitans), keluasan(res extensa) dan adanya yang sempurna(ens perfectissimum). Masing-masing idea itu adalah aku menurut Descartes, pusat kesadaran sama dengan jiwa belaka, keluasan terwujud dalam dunia material, termasuk tubuh manusia dan yang sempurna Tuhan. Dari adanya ketiga idea ini semua lainnya yang ada menjadi masuk akal dan dapat diturunkan(dibuktikan melalui jalan deduksi) sesuai dengan hakikat masing-masing.

Cogito tidak ditemukan di dalam metode deduksi ataupun intuisi, melainkan ditemukan di dalam pikiran itu sendiri, yaitu sesuatu yang dikenali melalui dirinya sendiri, tidak melalui kitab suci, pendapat orang lain, prasangka ataupun dongeng dan lain-lain yang sejenisnya. Menurut Descartes”keberadaan” suatu benda adalah yang ada dalam pikiran saya. Hanya benda-benda yang ada dalam pikiran saya saja yang benar-benar ada. Dan inilah kunci pokok paham rasionalisme yaiu paham filsafat yang mengatakan bahwa akal(reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan menguji pengetahuan. Karena itu sifatnya hanyalah sebuah metode maka tidak berarti Descartes menjadi seorang skeptic, melainkan sebaliknya Descartes ingin mennjukkan kepastian akan kebenaran yang kokoh jelas dan terpilah melalui metode yang diperkenalkannya ini.

Rene Descartes juga mempelajari emosi pada manusia. Dikatakannya bahwa emosi pada orang dewasa adalah hasil differensiasi dan proses conditioning daripada enam emosi dasar yang dapat dilihat pada anak-anak. Keenam emosi dasar itu adalah love(cinta), joy(kebahagiaan), wonder(heran,ingin tahu), hate(benci), desire(keinginan) dan sadness(kesedihan).

Hidup Rene Descartes berakhir pada usia 54 tahun tepatnya di tahun 1650. Descartes meninggal akibat penyakit influenza. Penyakit itu mungkin disebabkan oleh kehidupan kerasnya selama tinggal di Swedia. Meski dijemput dengan kemegahan kapal perang oleh Ratu Christian, Descartes harus rela diseret dari tempat tidur pada pukul 5 hingga 6 pagi tiap harinya untuk member kulia pribadi mengenai filsafat kepada Ratu Swedia yang berkemauan keras tersebut. Padahal selama di Perancis, Descartes biasa bangun pukul 11 siang, akibat dari kondisi kesehatannya yang tidak mendukung.

Daftar Pustaka

Bakhtiar,Amsal.(2005) Filsafat Ilmu. cet II. Jakarta: Raja Grafindo Persada Press.

Dirgagunarsa,Singgih.(1978) Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara Press.

Parikesit,Arli Aditya(2009) Epistemologi Imam Ghazali dan Rene Descartes. http://netsains.com/epistemologi-imam-ghazali-dan-rene-descartes.

Verhaak,C dan Imam Haryono. (1989) Filsafat Ilmu Pegetahuan. Jakarta: Gramedia Press.

Yuti(2007) Rene Descartes. http://myscience blogs.com/matematika/2007/07/04/rene-decartes.

“Ternyata, Panglima itu adalah Sebuah Kata”

oleh: Ika Puspita PMB NIM 09709251014

Manusia adalah makhluk berpikir. Aristoteles menyatakan dengan istilah animal rationale. Oleh karena kemampuan berpikir ini manusia dapat memahami dan menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan ini diperoleh karena adanya interaksi antara manusia sebagai subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Pengetahuan manusia ada yang diperoleh secara spontan dan ada yang diperoleh secara sistematik reflektif. Pengetahuan spontan diperoleh secara langsung berdasarkan hasil tangkapan inderawi yang besifat sangat terikat oleh perubahan ruang dan waktu. Sedangkan pengetahuan reflektif diperoleh manusia melalui proses panjang trial dan error, diuji secara berulang-ulang secara kritis, disusun secara sistematis menjadi system yang kebenarannya bersifat umum, relative tidak tidak terikat ruang dan waktu.

Panglima, engkau merupakan pengetahuan manusia yang reflektif bukan pengetahuan spontan. Proses penciptaan engkau melalui kajian empiris dan filosofis terhadap berbagai ide atau gagasan pengtahuan dan fenomena sosio-kultural religious masyarakat Indonesia. Proses kausalitas terjadinya engkau meliputi empat causa. Pertama causa materialis engkau adalah sebab bahan yang menjadikan engkau ada, yaitu sistem nilai dan budaya masyarakat Indonesia. Kedua causa formalis adalah sebab bentuk yang menjadikan engkau ada yaitu rumusan yang berurutan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Ketiga causa effisien adalah sebab karya atau proses kerja sehingga engkau itu ada, yaitu proses sidang-sidang BPUPKI dan PPKI. Keempat causa finalis adalah sebab tujuan diadakannya engkau, yaitu sebagai dasar Negara Republik Indonesia.

Dalam diri engkau ada empat kebenaran. Sebagai kebenaran koherensi engkau merupakan dasar Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia bersunber dari engkau dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai engkau. Sebagai kebenaran korespondensi salah satu sila engkau sesuai ata cocok dengan kenyataan bahwa terdapat berbagai penyembahan terhadap Sang Pencipta, menjalanan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya sesuai dengan agama yang diyakininya. Sebagai kebenaran pragmatis fungsi nyata engkau sebagai pemersatu bangsa dar keanekaragaman etnis, agama, budaya, bahasa daerah yang ada di Indonesia. Tanpa adanya engkau sebaga pemersatu bangsa, maka yang akan terjadi adalah disintregasi bangsa. Sebagai kebenaran konsensus engkau itu sendiri sebagai konsensus nasional yang disepakati oleh para pendiri bangsa pada tanggal 18 Agustus 1945.

Engkau berbentuk suatu sistem nilai yang mempunyai ciri-ciri merupakan kesatuan yang utuh, setiap unsur pembentuk engkau merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan bukan unsur yang komplementer, sebagai satu kesatuan yang mutlak engkau tidak dapat ditambah atau dikurangi. Engkau sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan logis keberadaan unsur-unsurnya. Engkau mengandung serangkaian nilai yang merupakan satu kesatuan yang utuh, tak terpisahkan mengacu kepada tujuan yang satu. Engkau sebagai nilai yang termasuk nilai moral atau nilai kerohanian juga mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Nilai-nilai egkau menjadi landasan dasar serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan kenegaraan.

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mangembangkan kepribadian dan kemampuan atau keahlian dalam kesatuan organis, harmonis, dinamis di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan kebangsaan kita adalah melalui pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti. Untuk mewujudkan karakter yang baik memerlukan pendidikan moral yang komprehensif, komponen-komponen karakter yang baik mencakup pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Tugas pendidikan moral adalah membantu peserta didik supaya memilki karakter atau akhlak atau budi pekerti yang baik, sekaligus dimilikinya dalam diri peserta didik, pengetahuan, perasaan, dan tindakan moral yang saling melengkapi satu sama lain, dalam suatu kesatuan organis harmonis dinamis. Sedangkan tujuan pendidikan moral dalah membantu peserta didik agar menjadi bijak atau pintar(smart) dan membantu mereka menjadi orang yang baik. Baik dalam artian ini adalah dimilikinya nilai-nilai yang dapat memperkokoh martabat manusia dan mengembangkan kebaikan individu dan masyarakat. Pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar engkau. Tak seyogyanya, bagi penyelesaian-penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional dipergunakan secara langsung sistem-sistem aliran-aliran ajaran, teori, filsafat, praktek pendidikan dari luar. Penggunaan sistem-sistem dan ajaran-ajaran dari luar setelah diintegrasikan dengan sistem pendidikan nasional hanyalah sebagai pembantu, perbandingan dan pemerkayaan. Sehingga kepribadian peserta didik tetap sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia.

Nilai-nilai dasar engkau dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka yang mempunyai cita-cita dan nilai-nilai mendasar, bersifat tetap dan tidak berubah. Sehingga bersifat operasional, harus dieksplisitkan, dijabarkan melalui penafsiran yang sesuai dengan konteks jaman. Engkau sebagai ideologi terbuka mempunyai tiga dimensi. Pertama dimensi idealitas karena memiliki nilai-nilai yang dianggap baik dan benar oleh masyarakat Indonesia pada khususnya dan manusia pada umumnya. Kedua dimensi normative, artinya nilai-nilai dasar tadi dijabarkan dalam norma-norma atau aturan-aturan sebagaimana tersusun dalam tata aturan perundangan yang berlaku di Indonesia dari yang tertingi sampai yang terendah. Ketiga dimensi realitas, artinya mencerminkan realitas hidup yang ada di masyarakat , sehingga tidak pernah a bertentangan dengan tradisi adat-istiadat, kebudayaan, dan tata hidup keagamaan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Dengan memiliki ketiga dimensi tersebut menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan-tantangan masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-cita nasional Indonesia.

Kelima prinsip engkau menjadi dasar yang cukup integratif bagi kelompok-kelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern. Dalam penyusunan sistem ekonomi nasional yang tangguh untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, engkau sebagai lanasan filosofinya. Dimana perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Dalam pengembangan sosio-budaya, engkau memberikan suatu kerangka di dalam mana semua kelompok di dalam masyarakat dapat hidup bersama, bekerja bersama di dalam suatu dialog karya yang terus menerus guna membangun suatu masa depan bersama. Engkau sendiri tidak merumuskan masa depan itu, tetapi membiarkan masa depan itu terbuka untuk ditentukan dan dibangun secara bersama-sama oleh semua anggota masyarakat Indonesia. Dalam arti ini, engkau mempertahankan baik kesatuan maupun kemajukan Indonesia secara dinamis.

Bagi pengembangan ketahanan nasional, engkau adalah seperangkat nilai yang dapat memelihara persatuan Indonesia. Karena engkau mengakui pluralitas yang membutuhkan kebersamaan dan realitas terintegrasinya pluralitas.. Sistem hukum dalam pembangunan hukum harus dikembangkan berdasarkan dan bersumber dari nilai-nilai engkau. Nilai-nilai dasar engkau menjadi acuan dalam pengembangan sarana pencapaian kehidupan harmonis antar umat beragama yang diselenggarakan dengan segala kearifan dan kebijakan. Dengan ini diharapkan pelestarian persatuan nasional yang semakin mantap. Karena dilihat dari segi etnis, bahasa, agama dan sebagainya Indonesia adalah salah satu Negara yang paling majemuk di dunia. Engkau juga sebagai ruh bangsa bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, engkau berperan memberikan beberapa prinsip etis kepada ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu: martabat manusia sebagai pribadi, sebagai subjek tidak boleh diperalat untuk kepentingan iptek, prinsip “tidak merugikan”, harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan, iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan dari kesulitan-kesulitan hidupnya, harus dihindari adanya monopoli iptek, dan diharuskan adanya kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan yaitu bahwa iman memancar dalam ilmu sebagai usaha memahami”sunnatulah”, dan ilmu menerangi jalan yang telah ditunjukkan oleh iman.

Pada saat ini engkau lebih banyak dihadapkan pada tantangan berbagai varian kapitalisme daripada komunisme atau sosialisme. Ini disebabkan perkembangan kaptalisme yang bersifat global. Fungsi engkau memberi orientasi untuk terbentuknya struktur kehidupan sosial-politik dan ekonomi yang manusiawi, demokratis dan adil bagi seluruh rakyat. Nilai-nilai engkau sebuah kesatuan organis, harmonis, dinamis sebagai orientasi pembangunan nasional dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional. Engkau sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi referensi kritik sosial budaya yang dimaksudkan agar proses perubahan sosial budaya yang sangat cepat yang terutama diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang spektakuler yang terjadi dalam derap dan langkah pembangunan dalam era informasi ini, tetap didasari dan dijiwai nilai-nilai engkau. Kritik sebagai bahan dialog dalam proses mencapai fusi horison makna pembangunan sangat diperlukan sehingga pembangunan dapat dinamis dan konstektual dalam menghadapi tantangan zaman dan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara (nilai-nilai engkau).

Tetapi di era global dengan ciri dunia tanpa batas, dunia datar(dunia maya) secara langsung maupun tidak langsung banyak ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia. Hal ini terkadang tidak sadari oleh masyarakat kita, bahkan mereka banyak yang menganggap bahwa nilai-nilai dan ideologi asing justru menjadi pandangan hidupnya. Seperti materialism, hedonism, konsumerisme. Materialisme dalam hal ini diartikan sebagai sikap hidup yang mengagungkan materi ata benda-benda. Ukuran kesuksesan seseorang dipandang dari sudut materi yang dimiliki(uang, harta benda atau kekayaan) sehingga sering mengabaikan etos kerja dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian lama kelamaan orang menjadi kurang menghargai orang lain dari sisi spiritualnya(seseorang dihargai karena kekayaan materi, bukan kekayaan batin yang dimiliki). Hedonisme adalah suatu paham dan sikap hidup yang mengejar kenikmatan dan kesenangam duniawi dengan orientasi pada pemuasan kebutuhan hidup secara fisik, seperti senang menikmati makanan mahal atau berkelas, gaya hidup metropolitan dengan dunia gemerlap di mana seks bebas, merokok, narkoba, minum alkohol menjadi kebiasaan yang sering tidak dapat dipisahkan.

Gejala lain, kecenderungan masyarakat Indonesia yang tampak menggejala saat ini adalah konsumerisme, yaitu suatu sikap dan gaya hidup yang lebih senang berposisi sebagai pengguna(konsumen) daripada produsen. Kecenderungan konsumtif yang berlebihan ditandai dengan membeli atau memiliki barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, melainkan sekedar karena didinginkan. Dengan adanya gejala tersebut di atas semakin diperlukan sebuah kajian kritis terhadap engkau sebagai sumber nilai bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Diharapkan masyarakat Indonesia semakin kritis dalam menentukan pilihan-pilihan pandangan hidup, sikap dan gaya hidup yang selaras dengan nilai-nilai engkau sebagai bagian dari budaya bangsa. Dengan demikian, masyarakat Indonesia memiliki prinsip-prinsip hidup yang kokoh, orientasi hidup yang jelas dalam bersikap dan berperilaku sehingga tidak terombang-ambing mengikuti arus global. Tetapi jika masyarakat Indonesia tidak mampu mengaplikasikan pandangan hidupnya, sikap dan gaya hidup yang berdasarkan engkau. Jika ini yang terus terjadi maka engkau hanya menjadi rangkaian kata-kata yang indah yang bersifat verbalis belaka yang tidak berarti. Boleh diungkapkan ternyata, panglima itu adalah sebuah kata.

Daftar Pustaka

Atang abdul hakim,dkk,.2008.Filsafat Umum.Bandung:Pustaka Setia

Rukiyati,dkk,.2008.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:UNY Press